Jumat, 21 Agustus 2015

Pemanfaatan Biomass & Limbah B3 Sebagai Bahan Bakar Alternatif di Industri Semen


Berikut ini akan kami jelaskan mengenai Pemanfaatan Biomass & Limbah B3 Sebagai Bahan Bakar Alternatif di Industri Semen.


 A.    LATAR BELAKANG / SEJARAH

Industri semen merupakan proses produksi high energy karena membutuhkan banyak bahan bakar batubara pada saat proses pembakaran raw material di Kalsiner dan Kiln. Di pabrik semen modern, kebutuhan konsumsi energi rata – rata sekitar 3.000 – 3.300 MJ per ton klinker (Reff. CSI – GHD, 2009). Sekitar 30 – 40 % dari total production cost hanya digunakan untuk membiayai kebutuhan bahan bakar ini.

Sejalan dengan peningkatan kapasitas produksi semen di Semen Gresik, maka kebutuhan batubara sebagai bahan bakar utama juga akan meningkat. Disatu sisi harga batubara tiap tahunnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Kenaikan harga batubara tiap tahunnya dan bertambahnya pemakaian batubara akan menyebabkan kenaikan production cost dan  menipisnya  cadangan sumber energi non renewable.

Selain itu, dampak negatif pemakaian batubara adalah menghasilkan emisi gas CO2 (karbondioksida), hasil reaksi dari C + O2 à CO2. Emisi gas karbondioksida ini yang menyebabkan terjadinya pemanasan global.

  

 
 
   
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas (peningkatan production cost, pemborosan energi dan kenaikan emisi gas CO2) maka perlu dilakukan tindakan nyata yang efektif dan efisien. Salah satunya adalah dengan melakukan inovasi judul: Konservasi Energi dan Teknologi Penurunan Emisi Gas CO2 Melalui Pemanfaatan Biomass & Limbah B3 Sebagai Bahan Bakar Alternatif.
Biomass dan Limbah B3 digunakan untuk mensubtitusi pemakaian batubara.

Inovasi ini tidak menghasilkan produk baru tetapi mengembangkan teknologi proses yang ramah lingkungan sehingga akan memberikan nilai tambah bagi Perseroan.

Biomass merupakan bahan organik yang berasal dari tumbuhan atau familiarnya yang sering disebut juga limbah pertanian. Biomass yang digunakan sebagai alternative fuel di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk adalah sekam padi, serbuk gergaji, cocopeat dan Tobacco Reject. Pemilihan biomass ini didasarkan pada jumlah pasokan dilapangan yang sangat melimpah (sehingga tidak mengganggu kebutuhan biomass masyarakat sekitar) dan nilai kalorinya cukup tinggi yaitu sekitar 2900 – 3900 kcal/ kg. Suplai biomass berasal dari 3 Kabupaten terdekat dengan pabrik, yaitu Kabupaten Tuban, Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Lamongan.

Tahapan invensi ini dimulai dari : 
a.     Riset/ penelitian
-   Analisa Laboratorium 
  Analisa biomass meliputi analisa kadar air, nilai kalori dan partikel size. Analisa limbah B3 meliputi analisa kadar air, nilai kalori, partikel size, TOX content dan analisa logam berat.
-  Mapping Ketersediaan Pasokan 
  Mapping ketersediaan pasokan berfungsi untuk mengetahui berapa besar pasokan biomass & limbah B3 yang ada di sumber penghasil  karena berpengaruh pada stabilitas suplai.

Kegiatan riset/penelitian ini membutuhkan waktu sekitar 2 - 3 bulan.

b.     Feasibility Study dan Pengajuan Investasi.
Setelah dilakukan penelitian dan didapatkan kualitas bahan bakar alternatif yang memenuhi spesifikasi serta pertimbangan ketersediaan bahan yang akan digunakan tersebut, maka tahapan selanjutnya adalah pembuatan feasibility study (studi kelayakan) dan pengajuan investasi ke BOC/BOD. Waktu yang diperlukan kurang lebih 1 - 2 bulan.

c.     Implementasi Proyek Bahan Bakar Alternatif.
Tahapan ini diawali dengan kegiatan sebagai berikut :

-          Engineering (process, mechanical, civil, electrical & instrument engineering).
Yaitu pembuatan basic design (mass balance, heat balance, dll), lay out & arrangement, dan detail design.
-          Procurement.
Yaitu Pengadaan barang dan Jasa untuk proyek tersebut.
-          Construction.
Yaitu pengerjaan sipil, yang meliputi pembuatan pondasi  dan struktur storage.  Pengerjaan mekanikal yang meliputi hopper, galeri, sistem transport belt conveyor, belt scale, magnetic sparator dan rotary feeder. Pengerjaan elektrikal dan instrumentasi, yang meliputi pemasangan motor, lampu penerangan, dll.
-          Commisioning
Yang meliputi testing per peralatan yang digunakan dan testing sistem.
-          Production Trial
Yang meliputi kegiatan trial untuk penentuan rate tonase bahan bakar alternatif dan pengecekan serta pengendalian proses pembakaran didalam sistem.
-          Evaluasi terhadap proyek yang dijalankan.
Kegiatan implementasi proyek bahan bakar alternatif membutuhkan waktu sekitar 8 bulan.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar