1. Pendahuluan
Telah
kita ketahui bersama bahwa pabrik semen merupakan pabrik yang intensif dalam
pemakaian energi panas dari bahan bakar. Oleh sebab itu masalah bahan bakar dan
teknologi pembakaran merupakan hal yang sangat penting untuk dikuasai baik oleh
engineers proses maupun para operator kiln. Selain itu apabila pabrik semen
dapat memakai bahan bakar dengan konsumsi panas spesifik yang cukup rendah,
maka keuntungan biaya produksi dapat diperoleh dengan pasti karena sekitar 30%
biaya produksi berasal dari biaya bahan bakar ini.
Tujuan
pembakaran bahan bakar baik di kiln maupun di kalsiner adalah untuk mengubah
panas latent yang dimiliki bahan bakar menjadi panas hasil pembakaran yang
langsung dapat digunakan untuk mengubah atau mereaksikan material baku menjadi
klinker. Selain itu proses pembakaran tidak cukup hanya bertujuan menghasilkan
sejumlah energi atau kalor yang dapat segera dimanfaatkan oleh bahan baku,
tetapi masih diperlukan untuk menghasilkan temperatur gas hasil pembakaran yang
tinggi agar proses perubahan dari material baku menjadi klinker dapat berjalan
dengan baik serta menghasilkan klinker dengan kualitas baik. Di kiln,
temperatur gas di atas 1400oC sangat diperlukan untuk proses
klinkerisasi.
Pada pasal-pasal
berikut akan dibahas secara singkat mengenai beberapa hal penting yang erat
kaitannya dengan bahan bakar dan proses pembakaran ini antara lain jenis bahan
bakar dan sifat-sifatnya, proses pembakaran dan api, jenis burner dan
karakteristiknya, perpindahan panas, kaitan parameter pembakaran dengan proses
kimia pembentukan klinker dan lain-lain.
2. Jenis-jenis Bahan Bakar
Secara
umum dan berdasarkan wujudnya, jenis-jenis bahan bakar dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)
jenis yaitu bahan bakar padat, cair dan gas. Contoh bahan bakar padat adalah
batu bara, arang, kayu, pet coke, dan lain-lain. Untuk bahan bakar cair
misalnya IDO, minyak solar, bensin, minyak tanah, bahan bakar sintetik, dan
lain-lainnya. Sedangkan yang ujudnya gas antara lain LPG, gas alam, dan lainnya.
Dalam diskusi selanjutnya kita batasi lingkup bahasan yang kita kaji terutama
untuk jenis-jenis bahan bakar yang digunakan di industri semen di Indonesia.
2.1. Batu-bara
Batubara diklasifikasikan menjadi
beberapamacam berdasarkan pada sifat-sifat dan umur terbentuknya antara lain
lignit, bituminous, anthracite, dan lain-lain. Beberapa sifat yang membedakan
antara beberapa jenis batubara tersebut antara lain diperlihatkan pada tabel 1.
Klasifikasi di atas didasarkan pada umur
terbentuknya batubara mulai dari yang termuda dengan kadar volatile yang
tinggi, berumur menengah seperti bituminous hingga yang paling tua yaitu
anthracite dengan kadar volatile yang rendah. Kandungan volatile ini mempunyai
pola kecenderungan yang sama dengan kadar air. Dengan umur batubara yang lebih
tua maka kandungan airnya akan semakin sedikit dan unsur padatan lainnya
semakin kompak. Namun untuk kandungan ash (debu) dari hasil penelitian dapat
dikatakan bahwa kadarnya bukan merupakan fungsi dari umur batubara. Oleh sebab
itu kandungan debu perlu diketahui melalui uji laboratorium. Dari tabel 1
tersebut terlihat bahwa semakin tua umur batubara kadar elemen yang berbentuk
gas seperti hidrogen, nitrogen, dan oksigen mengecil dan sebaliknya kadar
karbonnya akan meningkat. Apabila dibandingkan dengan bahan bakar minyak dan
gas, kadar hidrogen pada batubara relativ lebih rendah (hanya berkisar antara 2 – 5% H), sehingga
gas hasil pembakarannya akan mengandung uap air yang lebih sedikit dan
perbedaan antara gross dan net heating value adalah kecil (berkisar antara 200
– 300 kkal/kg). Nilai kalor batubara sangat tergantung pada kandungan air dan
debu. Akan tetapi kadar volatile juga berpengaruh secara kompleks pada nilai
kalor ini. Karena rangkaian hidrokarbon pada batubara menghasilkan nilai kalor
yang lebih tinggi dibanding karbon bebas, maka pada umumnya untuk batubara
dengan umur menengah hingga tua kenaikan kadar volatile akan meningkatkan nilai
kalornya. Namun untuk lignite yang memiliki kadar gas tinggi, hal sebaliknya
justru yang diperoleh karena proporsi unsur nitrogen dan oksigen dalam volatile
matter meningkat , dan seperti kita ketahui bahwa kedua unsur ini tidak
menghasilkan kalor pada proses pembakaran bahkan justru menurunkan temperatur
adiabatiknya.
Kadar belerang dalam batubara bervariasi
tergantung pada asal tambang batubara tersebut. Beberapa tempat mengandung
kadar sulphur rendah, namun di lain tempat bisa tinggi. Kandungan sulphur ini
sangat berpengaruh pada operasi pembakaran di kiln, mengingat sifat-sifatnya
yang kurang menguntungkan antara lain dapat mempengaruhi fluiditas rawmix dan
lainnya. Oleh karena itu biasanya diinginkan batubara dengan kadar belerang
yang rendah untuk operasi kiln kita.
Untuk mengetahui beberapa sifat penting
yang dimiliki oleh bahan bakar padat, khususnya batubara, perlu dilakukan
beberapa pengujian laboratorium antara lain:
a. Proximate analysis untuk menentukan
kadar volatile matter, moisture (total dan higroscopic) dan debu (ash)
b. Ultimate analysis untuk menentukan
kadar karbon, hidrogen, belerang, nitrogen, dan oksigen. Dari hasil ultimate
test ini akan dapat diperkirakan nilai kalor (heating value) dari bahan bakar.
c.
Analisis kimia untuk menentukan element
apa saja yang terkandung didalam ash (debu). Apabila elemen dan kadarnya dapat
diketahui akan lebih meningkatkan presisi kita dalam melakukan raw mix desain
(akan dibahas dalam modul lain).
d. Analisis fisika untuk menentukan nilai
kalor gross yang diikuti dengan perhitungan nilaikalor netto berdasarkan kadar
air yang ada di dalam bahan bakar serta H2O yang akan dihasilkan
dalam proses pembakaran.
e.
Test lainnya yang biasanya dilakukan
antara lain untuk mengetahui indeks kekerasan yang berguna pada untuk proses
grinding bahan bakar, indeks abrasi untuk keperluan perkiraan material
peralatan grinding dan transport serta perkiraan keausannya, serta kehalusan
butir hasil coal mill untuk keperluan kemudahan bahan bakar tersebut saat
dibakar.
Untuk memperoleh proses pembakaran yang baik dan api yang cocok dengan
proses pembentukan klinker di dalam kiln, kehalusan butir batubara merupakan
parameter yang penting. Pada umumnya untuk batubara dengan kadar volatile
rendah, semakin lembut ukuran butir proses pembakaran akan berjalan lebih
cepat. Namun untuk batubara dengan kadar volatile tinggi, sebaiknya ukuran
butir dibuat lebih kasar untuk mengatur laju keluarnya gas dari padatan
sehingga tidak terlalu membahayakan proses pembakaran dan dapat dikontrol
dengan lebih baik. Jika keluarnya gas dari padatan terlalu cepat,
percampurannya dengan udara akan menyulitkan pengaturan proses pembakaran
seperti terjadi pada proses pembakaran bahan bakar gas.
2.2. Bahan
bakar minyak
Bahan bakar minyak masih banyak
digunakan di pabrik semen di Indonesia walaupun bukan merupakan bahan bakar
utama. Pada umumnya bahan bakar minyak digunakan saat heating up karena
sifatnya yang mudah dibakar dan kestabilan apinya walaupun proses pembakaran
berlangsung pada kondisi lingkungan yang masih dingin atau pada kondisi dimana
terdapat problem dengan batubara. Banyak sekali jenis bahan bakar minyak ini,
misalnya IDO, HFO, dan lain-lain. Contoh beberapa sifat yang dimiliki oleh
bahan bakar minyak diberikan pada tabel 2.
Kadar
belerang bahan bakar minyak tergantung pada asal sumber minyak tersebut. Kadar
belerang ini bisa mencapai sekitar 4,5%. Sifat specific gravity penting untuk
minyak ini karena terkorelasi dengan nilai kalor bahan bakar. Pada umumnya
semakin tinggi nilai specific gravity semakin rendah nilai kalornya.
2.3. Bahan
bakar Gas
Bahan
bakar gas, diperoleh dari berbagai sumber dalam bentuk gas. Yang umum
dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari diperoleh dari dalam bumi dalam ujud
gas alam atau gas dari minyak bumi (LPG). Gas alam merupakan bahan bakar yang
baik sekali untuk proses produksi semen karena memerlukan instalasi yang tidak
rumit dan mudah dikontrol kaena biasanya memiliki komposisi kimia yang relatif
stabil serta bersih. Problem utama dalam pembakaran bahan bakar gas adalah
ledakan (explosion) sehingga memerlukan penanganan khusus untuk keamanan
instalasinya. Hasil analisis komposisi kimia gas alam secara umum diberikan
pada tabel 3.
Dari
tabel 3 tersebut, tampak bahwa kadar CH4
merupakan tertinggi dan metana merupakan komponen utama gas alam dengan kadar
80% - 95%. Biasanya dalam gas alam ini tercampur nitrogen yang tidak
menghasilkan kalor pada proses pembakaran.
Perlu dicatat bahwa pada umumnya
kandungan belerang pada gas alam sangat rendah. Selain itu volume gas hasil
pembakaran relativ tinggi karena kandungan hidrogen yang tinggi, sehingga padas
terbuang bersama exhaust gas lebih tinggi dibanding hasil pembakaran bahan
bakar lainnya. Titik nyala gas alam cukup tinggi yaitu sekitar 600oC,
sehingga memerlukan perlakuan khusus bila digunakan untuk heating up kiln
karena temperatur dinding kiln belum tinggi sehingga radiasi dari dinding untuk
memanaskan bahan bakar dan udara belum cukup. Pada umumnya kiln dengan bahan
bakar gas memiliki konsumsi panas spesifik yang relatif rendah dibanding dengan
kiln berbahan bakar selain gas karena untuk bahan bakar gas ini udara primer
dapat dijaga pada prosentase yang rendah sehingga panas rekuperasi pada cooler
tinggi. Walaupun demikian udara primer
tetap diperlukan khususnya untuk mendinginkan burner. Biasanya tekanan gas yang
datang ke pabrik kita cukup tinggi sehingga perlu diturunkan sebelum dibakar.
Pada umumnya tekanan gas alam cukup untk menghasilkan momentum percampuran
dengan udara. Di indonesia tidak banyak pabrik yang memanfaatkan gas alam
sebagai bahan bakar utamannya. Hal ini barangkali lebih dikarenakan harganya
yang relatif mahal dibanding batubara selain tidak semua sumber gas alam
berdekatan dengan lokasi pabrik.
2.4. Bahan
bakar alternatif
Yang
dimaksud dengan bahan bakar alternatif di sini adalah bahan bakar yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar alternatif di pabrik semen untuk mengurangi
konsumsi bahan bakar utama dalam rangka program penghematan energi. Beberapa
contoh bahan bakar alternatif ini antara lain pet coke, karet, kayu, sekam padi, serbuk gergaji, cocopeat
dan kertas. Bahan bakar alternatif ini banyak digunakan oleh pabrik semen di
luar negeri, mengingat harga bahan bakar utama seperti minyak, gas dan batubara
barangkali mahal di sana.
Demikianlah penjelasan detail mengenai jenis-jenis bahan bakar yang digunakan di industri semen, semoga bermanfaat bagi para pembaca yang berkunjung ke blog saya.
Semoga Sukses ....................................
Demikianlah penjelasan detail mengenai jenis-jenis bahan bakar yang digunakan di industri semen, semoga bermanfaat bagi para pembaca yang berkunjung ke blog saya.
Semoga Sukses ....................................
mantabs...
BalasHapusANDA SEDANG MENCARI BATUBARA ???
BalasHapusBINGUNG MENCARI TAMBANG BATUBARA LEGAL ???
Jika anda sedang mencari batubara, maka anda berada di tempat yang tepat.
Karena kami mampu menyediakan kebutuhan batubara bagi perusahaan anda.
Kami menjual semua jenis kalori dan semua kualitas mulai Low , Medium , dan High.
Kami PT. BINUANG MITRA BERSAMA adalah Perusahaan Tambang Batubara.
Batubara kami berasal dari Kalimantan Selatan.
Kami salah satu perusahaan tambang batubara pemegang ijin (IUPOP, IUPOPK dan PKP2B) yang telah mendapatkan Rekomendasi Ekspor Terdaftar Batubara (ET) dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Status per 7 Oktober 2014
( PT IUP OP 03 Oktober 2014 No.1736/30/DJB/2014 )
Kami memiliki data-data spesifik untuk tambang-tambang batubara kami
dari GCV, Total Moisture, Total Ash, Sulphur, dan sebagainya.
Info Lebih Lanjut klik ...
http://bit.ly/21bbKMI
Macam Macam BAHAN BAKAR PABRIK
BalasHapusBintannews.com
Betting in your city - Sporting 100
BalasHapusBetting sol.edu.kg in 토토사이트 your www.jtmhub.com city - bsjeon.net Sporting 100 https://deccasino.com/review/merit-casino/