LATAR BELAKANG :
Adanya MoU antara
PT Semen Indonesia dengan PT Krakatau Steel terkait kerjasama penggilingan
Blast Furnace Slag (BFS) di Cilegon – Banten.
Desain
penelitian menyesuaikan perencanaan
pembangunan mixing plant yang akan dibangun sesuai MoU antara PT Semen Indonesia dengan PT
Krakatau Steel, dimana BFS digiling sendiri dengan mill khusus dan selanjutnya
dicampurkan ke dalam semen Portland Pozolan Cement (PPC) dan Portland Cement Type
1 (PC1) sebesar 20%
Komposisi desain
MoU sebagai berikut :
1.
Clinker : 55%
2.
Trass : 20%
3.
BFS : 20%
4.
Gypsum : 5%
TUJUAN :
a. Mengetahui pengaruh penambahan BFS
sebesar 20% pada kualitas semen terutama terhadap setting time & kuat tekan.
b. Mencari batasan kehalusan (blaine)
semen PC1 maupun PPC dengan kualitas sama dibanding sebelum ditambah BFS
c. Memperoleh
batasan optimal untuk parameter kehalusan semen PC1, PPC
dan BFS untuk distandarisasi.
TINJAUAN PUSTAKA :
BFS semen adalah semen yang dihasilkan dengan jalan mencampur dan menggiling BFS hasil dari proses pemurnian biji
besi dengan terak menjadi semen. Fungsi BFS
semen mirip seperti pada semen
pozolan.
Bahan BFS terdiri dari besi, kapur dan silika
yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan untuk bahan penstabil. Ada pun
faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas penggunaan BFS sebagai bahan cementitious
(ACI 233R-03) yaitu :
a.
Chemical
composition of the GGBFS Slag
b.
Alkali
concentration of the reacting system
c.
Glass
content of the GGBFS Slag
d.
Fineness
of the GGBFR Slag and Portland cement
e.
Temperature
during the early phases of hydration process
Menurut ACI 226.1R-87, dilaporkan bahwa
penggunaan BFS sebagai cementitious dimulai pada tahun 1774,
ketika itu Loriot membuat mortar dengan menggunakan ground granulated blast furnace slag (GGBFS) yang dicampur dengan
kapur mati (slaked lime). Penggunaan Slag-lime cements secara komersial dimulai pada tahun 1865 di Jerman,
disusul Prancis pada awal tahun 1889.
Kombinasi Blast Furnace Slag (BFS) dengan semen portland pertama kali diproduksi di Jerman pada tahun 1892,
Amerika Serikat tahun 1896 dan pada tahun 1980 penggunaan BFS semen mencapai sekitar 20% dari jumlah total semen yang
diproduksi di Eropa.
Pada 1950 GGBFS
digunakan sebagai bahan dalam produksi semen baik sebagai raw material untuk manufaktur semen portland maupun sebagai cementiitous material yang dicampur
dengan semen portland, kapur hidrasi dan gypsum sudah diterima di Amerika
Serikat, Kanada, Jepang, Australia dan Afrika Selatan.
Pada tahun 2000
produksi slag semen di Amerika utara diperkirakan melebihi 2.000.000 metric tons. Di Amerika Serikat produksi
Slag semen diperkirakan melebihi 1.500.000 metric
tons, dua kali lipat lebih besar dari produksi pada tahun 1990 sebesar
700.000 metric tons. Dan pada akhir tahun 1990 beberapa perusahaan di Kanada
dan Mexico mengexport BFS semen ke
Amerika Utara.
Di Indonesia sendiri
belum diproduksi semen jenis slag ini, sehingga Departemen Litbang Teknologi &
Produk berinisiatif untuk melakukan penelitian
pembuatan Slag semen dimana
aplikasinya nanti bisa diharapkan berguna untuk proses kerjasama antara PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk. dengan PT
Krakatau Steel.
METODOLOGI PENELITIAN :
1.
BFS yang digunakan merupakan side
produk PT Krakatau Posco
2.
Kehalusan BFS dirancang pada
blaine 450 ± 10 m2/kg
3.
Penambahan BFS sebesar 20% berat
terhadap semen
a) BFS digiling sampai kehalusan blaine
450 ± 10 m2/kg.
b) Semen PC1 existing digiling
menggunakan ball mill skala laboratorium dengan variasi kehalusan 370, 400, dan
450 ± 10 m2/kg.
c) Semen PPC existing digiling
menggunakan ball mill skala laboratorium dengan variasi kehalusan 370, 400 dan
450 ± 10 m2/kg.
d) Masing-masing contoh Semen
dicampur dengan BFS blaine 450 ± 10 m2/kg
dan dimixing dengan perbandingan 80%
: 20% sampai homogen dan dilakukan koreksi terhadap SO3 dengan menambahkan
gypsum sehingga kadar SO3 dalam semen yang dicampur BFS sama dengan sebelum
ditambah BFS.
e) Dilakukan pengujian fisika dan
kimia terhadap masing-masing contoh.
KOMPOSISI PENELITIAN :
Terhadap semen
yang ditambah BFS 20% ditambahkan gypsum sebagai koreksi sebanyak 32,0 gram pada jumlah contoh sebesar 4000 gram (atau 0,8%).
HASIL PENELITIAN :
1. Dengan kehalusan semen yang
meningkat, kuat tekan juga mengalami peningkatan
2. Dari hasil pengujian setting time
diperoleh dengan makin meningkatnya kehalusan semen yang dicampurkan, maka setting
time semen akan semakin cepat.
Untuk semen PPC, blanko semen PPC
existing yang digunakan sudah memiliki setting time yang panjang sehingga
perolehan hasil setting time pada variabel yang lain pun masih cukup tinggi
yaitu lebih dari 200 menit. Dengan kenaikan blaine semen PPC ± 70 m2/kg, setting time semen lebih cepat sebesar 4 – 6 persen dari
semula.
3. Pada setting time semen PC1,
peningkatan setting time lebih tinggi dibanding pada semen PPC yaitu dengan kenaikan
blaine semen PC1 ± 50 m2/kg, setting time semen lebih cepat
sebesar 25 - 35 persen dari semula.
4. Kuat tekan semen PPC dan PC1
meningkat seiring dengan bertambahnya kehalusan semen. Pada semen PPC, dengan
kehalusan semen PPC 408 m2/kg, umur 3 & 7 hari tidak berbeda jauh
dibandingkan PPC blanko. Sedangkan dengan kehalusan yang lebih tinggi yaitu 469
m2/kg, kuat tekannya jauh melebihi PPC blanko.
5. Untuk semen PC1, kuat tekannya meningkat mulai umur 1 sampai 28 hari.
Pada kehalusan semen mulai 410 m2/kg, kuat tekan cenderung tidak banyak berbeda
dibandingkan dengan kehalusan 379 m2/kg.
Demikian hasil penelitian Pengolahan Limbah Ground Blast Furnace Slag (GBFS) menjadi Slag Cement.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar