Berikut ini akan kami jelaskan secara detail mengenai Penambangan Bahan Baku Dalam Industri Semen, yaitu sebagai berikut :
1. Material Bahan Baku
Bahan baku utama dalam produksi semen adalah batu
gamping (batukapur) dan tanah liat/lempung dengan batasan kadar sebagai berikut:
a. Batu gamping : 52%
<Cao< 54%
MgO < 18%
b.
Tanah liat : 60%<SiO2 <70%
14%Al2O3<17%
Seringkali
di dapat material dengan yang berada di atas atau di bawah range kualitas yang
telah ditentukan sehingga perlu dicampur untuk mencapai kualitas yang
diinginkan. Selain bahan baku utama, terdapat juga bahan baku untuk koreksi
kadar (pasir kwarsa, pasir besi) dan bahan baku tambahan (gypsum, trass). Bahan
baku koreksi dan bahan baku tambahan biasanya diambil dari daerah lain.
2. Perizinan Tambang
Bahan
baku utama diambil dengan penambangan di daerah izin pertambangan sesuai SIPD (Surat Izin Penambangan Daerah) yang
dikeluarkan oleh Pemda Tingkat I.
3 Pencarian / Eksplorasi Bahan Baku
3 Pencarian / Eksplorasi Bahan Baku
Dari
pengertian eksplorasi seperti diatas, eksplorasi sebagai bagian dari usaha
pertambangan dapat disebut sebagai proses eleminasi, yakni proses yang secara
bertahap dan berangsur – angsur memperkecil area daerah penyelidikan sehingga
akhirnya dapat terfokus kepada daerah yang berpotensi terbaik dan tersedia data
dan informasi untuk bahan pengambilan keputusan investasi lebih lanjut.
Pencarian bahan baku ini diawali dengan survey lapangan dengan pemetaan geologi
batuan dan pengambilan beberapa sample acak secara langsung atau dengan
pemboran dengan spasi lebar. Selain itu juga dilakukan penyelidikan awal sifat
fisik dan mekanik batuan, struktur, dan hidrogeologi.
4. Pemodelan Endapan dan Perencanaan Tambang
4. Pemodelan Endapan dan Perencanaan Tambang
Tahap
ini dimulai dengan pemboran inti (coring) secara detil/spasi sempit (100
s/d 250 m) dengan pola sesuai konsep yang didapat dari tahap eksplorasi awal. Sifat
batuan dari sample tiap lubang bor
kemudian dianalisis untuk mendapatkan data geoteknik secara rinci, selain untuk
mengetahui kualitas kadarnya. Sekali data – data lubang bor yang meliputi data
kualitas dan data geoteknik tersebut telah diketahui, maka suatu konsep rinci
tentang endapan bahan baku telah didapat. Konsep ini selanjutnya akan dipakai
sebagai acuan dalam pemodelan endapan.
Perencanaan
tambang dimulai dengan analisis geometri endapan berdasarkan model yang ada
dengan pertimbangan aspek geoteknik, kualitas, lingkungan, undang-undang pertambangan, ekonomi, dan
sosial. Berdasarkan model endapan dan pertimbangan-pertimbangan tersebut
akhirnya dibuat blok model cadangan layak tambang yang di dalamnya terdapat
informasi jumlah dan kualitas tiap blok.
a.
Batu Gamping
Komposisi kimia batu gamping secara umum adalah sbb :
-
CaO 51 – 55 %
-
SiO2 0.1 – 1 %
-
Al2O3 0.1 –
0.5 %
-
Fe2O3 0.05 –
0.1 %
-
MgO 0.5 – 1%
Pada
beberapa blok seringkali dijumpai kualitas yang diluar range kualitas tersebut
sehingga memerlukan perlakuan khusus dalam pencampuran dari berbagai blok. Pada
beberapa blok di sebelah selatan terdapat peddle yaitu batu gamping
pasiran dengan kadar CaO 45% dan sebaliknya di beberapa blok juga dijumpai batu gamping dengan kadar CaO
56 %. Batu gamping dikatakan high grade jika CaO>55%, medium grade jika
51%<CaO<54 dan Low grade jika CaO<50%. Sementara itu batu gamping
dikatakan dolomit jika berkadar MgO > 18 %, biasanya di-stock dulu untuk
nantinya akan dicampur dengan batu gamping MgO rendah.
b.
Tanah Liat
Tabel I Komposisi Kimia Tanah Liat
Elemen
|
Mliwang
|
Telogowaru
|
||
High
Alumina
|
Low
Alumina
|
High
Alumina
|
Low
Alumina
|
|
SiO2 |
57-59
|
62-65
|
60-65
|
72-75
|
Al2O3
|
20-22
|
15-17
|
18-20
|
12-14
|
Fe2O3
|
6-8
|
5-7
|
5-7
|
6-8
|
CaO
|
1-2
|
1-2
|
1-3
|
0.5-1
|
MgO
|
2-2.5
|
1.3-1.5
|
1.2-1.5
|
0.3-0.5
|
K2O
|
2-2.5
|
0.5-1
|
1-1.4
|
0.05-0.1
|
Na2O
|
0.5-0.7
|
0.1-0.2
|
0.01-0.05
|
0.01-0.05
|
H2O
|
14-18
|
19-20
|
17-18
|
20-21
|
Dikatakan high alumina jika
Al2O3>18% dan low alumina jika Al2O3<18%
5 Gambaran umum daerah penambangan
Secara umum kondisi
geomorfologi daerah tambang batu gamping merupakan perbukitan batu gamping yang
landai dengan elevasi 40 msl sampai dengan 117 msl yang merupakan bagian dari
Antiklinorium Rembang. Perbukitan ini telah berkembang menjadi daerah karst yang
dicirikan dengan banyaknya rongga pelarutan dan jalur sungai bawah tanah yang
membentuk suatu sistem akuifer air tanah yang mengalir ke arah timur laut
menuju titik discharge berupa mata air di Merakurak yang dimanfaatkan oleh
penduduk.
Dengan demikian
daerah tambang batu kapur merupakan bagian dari zona tangkapan air yang
berfungsi sebagai pemasok air bagi akuifer karstik di bawahnya. Hal ini berarti
segala aktifitas yang berada di atas akuifer karstik harus tidak mengganggu
fungsi sistem akuifer di bawahnya. Sedangkan tambang lempung ( tanah liat )
merupakan satuan morfologi pedataran dimana tambang lempung Tlogowaru mempunyai
ketinggian antara 5 – 15 m msl dan tambang lempung Mliwang dengan ketinggian 20
– 35 m msl.
6.1
Penambangan Batu Gamping
Sistem
tambang terbuka dengan pola side hill
type sedangkan metode penambangan dilakukan dengan single continues bench yaitu
suatu sistem tambang permukaan yang menghendaki lantai tambang selalu berada
pada elevasi yang sama / hampir sama untuk memungkinkan terbentuknya catchment area yang luas sehingga jumlah
air hujan yang masuk ke sistem air tanah akan maksimal.
Masing-masing kuari tersebut mempunyai karakteristik batuan
yang berbeda yang oleh karenanya akan menghasilkan kualitas batu gamping yang
berbeda, yang kemudian dibagi menjadi blok-blok tambang berukuran 100 m x 100 m
untuk memudahkan penentuan skedul penambangan dan kontrol kualitas. Dalam hal
untuk memudahkan operasi penambangan, kualitas yang menjadi acuan adalah kadar
CaO dan MgO. Dalam operasi harian, target produksi dari crushing plant (jumlah
dan kualitas) akan diterjemahkan dengan kombinasi penambangan blok-blok yang
berbeda kualitasnya untuk mendapatkan target kualitas yang diinginkan. Tiap
blok digali jenjang demi jenjang (bench by bench) untuk mencapai target
elevasi tiap tahapan. Tinggi jenjang 6 meter, lebar 5 meter, dengan kemiringan
lereng 80-900. Saat ini operasi penambangan telah berada pada
elevasi 60 msl (mean sea level) dari target final floor pada 30 msl.
Tahapan penambangan bahan baku dalam industri semen untuk batu gamping (batukapur) meliputi pembersihan dan pengupasan tanah penutup (top
soil) pemboran dan peledakan (drilling and blasting), pemuatan (loading), dan
pengangkutan (hauling) ke crushing plant.
a.
Pembersihan dan Pengupasan tanah penutup
Pembersihan
dan pengupasan tanah penutup bertujuan untuk membersihkan lahan dari pepohonan,
semak dan rumput serta memisahkan humus agar tidak terangkut ke crusher. Lapisan
humus ini merupakan lapisan tanah subur yang akan digunakan untuk reklamasi
daerah pasca tambang, sehingga harus disimpan dan dikelola sebelum nantinya akan
digunakan kembali untuk reklamasi lahan
pasca tambang. Pada kegiatan ini alat yang digunakan adalah Bulldozer type D155
merk Komatsu.
b. Pemboran dan peledakan
Setelah dilakukan
pembersihan lahan, selanjutnya dilakukan pemboran untuk peledakan, kegiatan
pemboran merupakan pekerjaan pertama kali dilakukan dengan tujuan untuk membuat
sejumlah lubang ledak dengan geometri dan pola tertentu pada massa batuan yang selanjutnya akan diisi
dengan bahan peledak untuk diledakan. Arah pemboran yang diterapkan dilakukan secara tegak dengan pola
pemboran selang – seling ( staggered
pattern ) mata bor berdiameter 3.5 inch dengan kedalaman 6 meter (sesuai
rencana jenjang/bench) dan burden x spasi : 3 m x 2.75 m ( sangat bergantung
dari kondisi batuan yang akan diledakan ). Mesin bor menggunakan Hydraulic
drill type ROC - F7 merk Atlas Copco.
Peledakan
bertujuan untuk memisahkan material
bahan baku dari massa batuan induk dengan fragmentasi yang diinginkan.
Bahan peledak yang digunakan adalah ANFO
(94,5% ammonium nitrat, 5,5% fuel oil). dan Powergel , selain kedua bahan
peledak utama tersebut juga digunakan
penggalak peledakan yang merupakan pelengkap dari bahan peledak utama
yang fungsinya untuk meledakan bahan peledak utama tersebut baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam suatu system peledakan alat ini biasa
disebut dengan Detonator/Balsting Cap/Penggalak. Dalam setiap peledakan yang
harus diperhatikan adalah zero oksigen balance yaitu cara untuk mengeliminir
semua bahan beracun dengan menetralkannya menggunakan molekul oksigen artinya
jumlah molekul oksigen sebelum dan sesudah reaksi harus sama, jika tidak sama
akan menghasilkan bahan beracun. Persamaan reaksinya sbb :
Zero oksigen
balance ( 94,5 % AN + 5,5 % FO ) :
3NH4NO3 + CH2 -------à 7H2O
+ CO2 + 3N2 + 430 Kcal/kg ( aman tidak ada bahan beracun ).
Jika kelebihan FO ( 92 % AN
+ 8 % FO )
2NH4NO3
+ CH2 ------à 5H2O + CO ( gas
beracun ) + 2N2 + 810 Kcal/kg
Jika kelebihan AN ( 96,6 %
AN + 3,4 % FO )
5NH4NO3
+ CH2 --------à
11H2O + CO2 + 4NO ( gas beracun )+ 4 N2 + 600
Kcal/kg.
Sedangkan ukuran fragment
batuan sendiri diharapkan berdiameter maksimum 80 cm. Penentuan fragmentasi
batuan tersebut didasarkan pada lebar
mulut crusher. Jika dalam hasil
peledakan ternyata masih terdapat material yang oversize, maka harus
dilakukan pemecahan dengan stone breaker yang dalam hal ini akan
menaikkan cost produksi. Keberhasilan peledakan juga dapat dilihat
pada bentuk
tumpukan hasil peledakan (muck pile) sebab nantinya akan berpengaruh pada
proses pemuatan (loading). Selain batasan ukuran batuan dan muckpile,
peledakan juga dibatasi oleh faktor lingkungan dalam hal ini adalah ground
vibration, suara ledakan, air blast dan fly rock (batuan yang terlempar
terlalu jauh). Semua batasan tersebut
akan berpengaruh terhadap pembuatan desain peledakan.
c. Pemuatan dan
Pengangkutan
Selanjutnya material hasil
peledakan yang memenuhi syarat fragmentasi dimuat dengan excavator (bucket 2 –
4 BCM) dan wheel loader ke dalam dump truck berkapasitas 18 – 30 ton dan
diangkut ke crushing plant yang berjarak kurang lebih 2 km dari loading
point. Pada kondisi tertentu material bisa saja masuk stock yard
sebelum masuk crusher karena gangguan crusher atau kualitas yang kurang
memenuhi syarat (adanya material dolomit). Tetapi hal tersebut sedapat mungkin
dihindari karena akan memerlukan tambahan biaya pengangkutan disamping kontrol
kualitas dalam stock yard
sendiri yang mengalami kesulitan. Pada operasi ini alat muat yang digunakan excavator type
PC750/PC650/PC400 merk Komatsu dan wheel loader type WA500 merk Komatsu
sedangkan dump truck menggunakan type CWB merk Nissan kapasitas 18 – 20 ton dan
dump truck merk Scania kapasitas 30 ton.
3.2 Penambangan Tanah
Liat / Lempung
Berbeda dengan penambangan batu gamping dimana salah
satu kegiatan nya adalah pemboran dan peledakan maka dalam penambangan lempung
tidak ada kegiatan pemboran dan peledakan.
Penambangan dengan sistem tambang terbuka ( Pit Type ) dan berada didua
lokasi kuari yaitu Kuari Telogowaru dan Kuari Mliwang yang dibagi menjadi
beberapa blok tambang. Selain beroperasi di wilayah SIPD sendiri, penambangan
juga dilakukan di beberapa daerah SIPD lain baik di Telogowaru maupun di
Mliwang yang merupakan KSO (Kerjasama Operasi). Hal ini dilakukan untuk tujuan
penghematan cadangan sehingga mining life-nya bisa lebih panjang.
Material dari kedua kuari tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda
terutama kandungan alumina dan silikanya sehingga untuk mendapatkan kualitas yang
diinginkan harus dilakukan pencampuran.
Untuk memudahkan penambangan, item kualitas yang menjadi acuan adalah
kandungan alumina dengan tetap melihat kandungan silica.
a.
Pembersihan dan pengupasan tanah penutup
Seperti halnya
penambangan batu gamping, kegiatan penambangan tanah liat dimulai dengan
pembersihan lahan dan pengupasan tanah penutup setebal 30 - 100 cm. Tanah penutup
ini disimpan di daerah terpisah untuk tujuan reklamasi, adapun alat yang
digunakan untuk kegiatan ini adalah Bulldozer
type D85/D65 merk Komatsu.
b. Penggalian dan
pemuatan
Untuk memisahkan
material dari massa induknya dilakukan penggalian dengan excavator berukuran bucket sekitar 2
BCM yang kemudian dimuatkan ke dump truck. Penggalian dilakukan jenjang demi
jenjang dengan tinggi jenjang 2 meter
dan lebar 3 meter. Pada kegiatan ini alat yang diguanakan excavator type
PC400/PC200 merk Komatsu.
c. Pengangkutan
Tanah liat dari
kuari diangkut ke clay storage dengan dump truck berkapasitas 18 ton. Jarak
clay strorage ke Kuari Telogowaru sekitar 2 km sedangkan clay storage ke Kuari
Mliwang sekitar 5 km. Di clay storage, tanah liat dipisahkan menurut blok dan
kuari untuk mengontrol kualitas pada saat pengumpanan ke clay crusher.
Dari clay storage ini,
selanjutnya clay akan diumpankan ke clay crusher menggunakan wheel loader type
WA500 merk Komatsu yang kemudian dicampur dengan hasil crushing batu gamping
untuk membentuk pile.
Demikianlah penjelasan mengenai Penambangan Bahan Baku Dalam Industri Semen, semoga bermanfaat bagi pembaca yang berkunjung di blog saya.
Thanks sangat bermanfaat
BalasHapus