1. Pendahuluan
Evaluasi
distribusi energi termal dari suatu instalasi harus diawali dengan memetakan
aliran massa. Tanpa mengevaluasi secara cermat aliran massa, penyimpangan yang
terjadi akan sangat besar. Konsep energi akan selalu terkait dengan massa, dan
untuk kajian energi termal, energi dibentuk oleh dua besaran utama, yaitu massa
dan temperatur.Dalam tulisan ini
akan dibahas satu contoh model neraca massa untuk suatu pabrik semen dengan
konfigurasi suspension preheater tertentu, sedangkan untuk konfigurasi lain
akan diberikan dalam lampiran. Proses evaluasi aliran massa diturunkan dengan
memakai kaidah hukum kekekalan massa (massa yang masuk sistem sama dengan massa
yang keluar sistem), dimulai dengan membalans massa sistem secara keseluruhan
yang terintegrasi (global) dan dilanjutkan dengan balans massa tiap-tiap sistem
yang berdiri sendiri (lokal).
2. Neraca Massa Global
2.1. Model Neraca Massa Global
Neraca massa global yang dikaji dalam studi ini adalah neraca massa masuk dan keluar sistem yang terdiri dari suspension preheater, kiln, dan cooler. Model neraca massa global sistem kiln (suspension preheater, kiln, dan cooler) ditunjukkan oleh gambar sebagai berikut:
Dari model neraca massa yang digambarkan pada gambar 1 dapat dilihat parameter-parameter yang menjadi massa input dan massa output. Aliran massa masuk ke dalam sistem meliputi:
1. Kiln feed
(fresh raw mix) adalah bahan baku
yang diumpankan ke dalam preheater dalam satuan massa ton per hari. Kiln feed yang diumpankan ini
selanjutnya akan terbagi ke dalam dua string. Pembagiannya didasarkan pada
besarnya temperatur siklon-siklon pada kedua string tersebut
2. Bahan
bakar yang diumpankan ke dalam sistem global terdiri dari coal, IDO (oil), dan gas. Bahan bakar tersebut diinjeksikan
ke dalam dua ruang bakar, yaitu ke main
burner (di kiln) dan ke Calciner burner atau PC duct burner (di PC duct).
Massa coal dan IDO yang masuk ke main burner
masing-masing disimbulkan dengan Mbbkiln dan Moilk, sedangkan yang masuk ke PC duct burner masing-masing disimbulkan
dengan Mbbduct dan Moild. Untuk gas pada studi ini harganya diasumsikan nol.
3. Massa
udara yang masuk ke dalam sistem terdiri dari massa udara pendingin cooler dan massa udara primer. Massa
udara pendingin cooler sebagai fungsi
dari kiln feed dan bahan bakar,
dihasilkan oleh beberapa fan pada grate
cooler dan besarnya ditulis dengan Mudcooler.
Massa udara primer berasal dari udara primer yang dinjeksikan ke dalam main
burner bersama-sama dengan bahan bakar (Mudprikiln)
dan udara primer yang masuk bersama-sama bahan bakar yang masuk Calciner burner atau PC duct burner (Mudpriduct).
Aliran massa yang keluar keluar dari
sistem cukup banyak, antara lain :
- masssa klinker keluar cooler
massa klinker ini
besarnya adalah 1 (kg/kgcl), karena klinker ini dijadikan sebagai basis untuk
massa yang lain.
- massa gas keluar dari top cyclone
gas yang keluar
dari top cyclone merupakan gas hasil
pembakaran bahan bakar total, termasuk CO2 hasil pembakaran bahan
bakar.
- massa CO2 keluar top cyclone
CO2
yang keluar dari top cyclone adalah
CO2 yang dihasilkan oleh kalsinasi kiln feed total di kiln dan
di preheater saja, jadi dipisahkan
dari CO2 hasil pembakaran bahan bakar.
- massa uap air keluar top cyclone
Uap air yang
keluar dari top cyclone (H2O)
berasal dari penguapan(evaporasi)
uap air yang terkandung dalam kiln feed dan bahan bakar, tetapi tidak
termasuk uap air hasil pembakaran bahan bakar.
- massa debu keluar top cyclone
Debu yang keluar
dari top cyclone (return dust) berasal dari massa kiln feed yang tidak tersaring pada top cyclone. Besarnya tergantung pada
harga efisiensi top cyclone.
- massa udara buang keluar cooler
Massa udara buang
yang keluar dari cooler (Mudcooler) ini besarnya tergantung dari
jumlah massa udara pendingin yang masuk cooler
dikurangi sebagian dari udara yang dipergunakan sebagai udara pembakaran bahan
bakar.
2.2.
Metode Perhitungan Neraca Massa Global
Parameter-parameter
yang telah dipaparkan di atas tidak semuanya diketahui harganya, terutama
parameter yang menjadi output. Oleh
sebab itulah harus dilakukan perhitungan-perhitungan untuk menentukan
parameter-parameter di atas. Dalam melakukan perhitungan neraca massa, diambil
beberapa asumsi yang antara lain :
Ø Kondisi aliran massa tunak
Ø Proses pembakaran sempurna dan tidak
ada sisa bahan bakar yang tidak terbakar.
Ø Sebagian kiln feed yang diumpankan ke dalam SP dan tidak tersaring oleh top cyclone akhirnya disaring hampir
seluruhnya oleh electrostatic
precipitator (EP) dan kembali diumpankan bersama-sama dengan fresh kiln feed.
Ø Tidak ada debu dari bahan bakar yang
menjadi fly ash, sehingga seluruh
debu yang terkandung dalam bahan bakar akan menjadi komponen klinker
Ø Seluruh air yang terkandung dalam bahan
bakar maupun kiln feed akan menguap
selama proses dan keluar melalui top
cyclone bersama-sama dengan gas hasil pembakaran dan gas hasil proses
kalsinasi CaCO3 dan MgCO3.
Ø Seluruh massa debu yang terbawa exit air terhitung sebagai massa klinker
keluar dari cooler (tersaring di electrostatic precipitator) dan
dimasukkan sebagai produk klinker)
2.2.1.
Metode Penentuan Produksi Klinker
Kiln feed yang akan menjadi klinker bercampur
dengan abu dari bahan bakar (Ashcl)
dan keluar bersama-sama dari cooler sebagai produk klinker. Jadi abu ini tidak
ikut terbang bersama gas pembakaran keluar preheater.
Kadar abu ini [ton perjam] dapat dihitung dari persentase abu yang terkandung
dalam bahan bakar coal dan IDO sbb :
Ashcl
= Ash/100 * (Vck + Vcd) + ash1 / 100 * (0.9 * (Vok + Vod)
dimana :
Ash = kadar abu dalam bahan bakar coal
Ash1 = kadar abu dalam bahan bakar IDO
Vck = laju bahan bakar coal ke kiln [ton / jam]
Vcd = laju bahan bakar coal ke Calciner atau PC duct [ton / jam]
Vok = laju bahan bakar IDO ke kiln [kiloliter/jam]
Vod = laju bahan bakar IDO ke Calciner atau PC duct
[kiloliter/jam]
Jika KF adalah massa kiln feed yang diumpankan ke dalam preheater [ton/jam], maka jumlah kiln feed yang akan tersaring pada
siklon paling atas adalah :
KFtersaring = Etop * KF [ton/jam] (2)
dimana Etop adalah efisiensi separasi siklon teratas.
* KFtersaring * MgOR / 100) [ton/jam] (3)
dengan CaOR dam MgOR adalah
berturut-turut prosentase kadar CaO dan MgO dalam rawmix. Sedangkan ap air yang
dihasilkan dari penguapan kiln feed adalah
sebesar:
Muaprm
= (H2OR/100) x KF [ton/jam] (4)
dimana H2OR adalah prosentase air yang terkandung dalam kiln feed. CO2
dan Uap air yang terbentuk dari rawmix beserta gas-gas lainnya selama mengalami
pemanasan dan proses kalsinasi atau proses pembakaran di peralatanm proses ini
sering disebut dengan lost of ignition
(LOI). Dari hasil pengujian di laboratorium diperoleh harga Lost of Ignition (LOI) ini merupakan
variabel yang cukup berpengaruh dalam menentukan jumlah kiln feed yang akan menjadi klinker. Apabila jumlah LOI dari kiln feed yang tersaring lebih besar
dari CO2 dan H2O yang terkandung atau dihasilkan oleh kiln feed, maka jumlah kiln feed yang akan menjadi klinker (KFklinker) dirumuskan sebagai berikut :
KFklinker = KFtersaring x (1 – LOI100) [ton/jam] (5)
dimana LOI adalah prosentase dari
rawmix yang akan menguap selama proses pemanasan dan pembakaran.Hal ini
menunjukkan bahwa ada gas lain di luar CO2 dan H2O yang
terbentuk dari kiln feed yang
besarnya adalah :
Mgas = {(LOI - H2OR)/100} x KFtersaring -
co2rm [ton/jam] (6)
Sebaliknya, apabila jumlah LOI kurang
dari CO2 dan H2O yang berarti tidak ada gas lain yang
terbentuk dari kiln feed kecuali CO2
dan H2O , maka persamaan (5) menjadi :
KFklinker = (KFtersaring x (1 - H2OR/100) - co2rm) [ton/jam] (7)
Dengan diketahuinya variabel-variabel
di atas, maka dapat ditentukan besarnya produksi klinker, yaitu :
prodcl = (KFklinker + Ashcl) * 24 [ton/hari] (8)
Parameter-parameter lain yang sangat
signifikan yang dapat diturunkan dari persamaan di atas antara lain :
a. Rawmix
consumption including dust losses (R),
didefinisikan
sebagai perbandingan antara kiln feed
yang diumpankan ke preheater dengan kiln
feed yang menjadi klinker yang telah bercampur dengan abu bahan bakar
R = KF / (KFklinker + Ashcl) (9)
b. Return dust,
adalah material
padatan kering yang tersaring oleh siklon teratas yang dihitung perkilogram
klinker
retdust = KF * (1 - H2OR) * (1 - E5a) *
24 / prodcl [kg/kg
klinker] (10)
c. Gas
karbon dioksida dari rawmix (CO2)
CO2
hasil kalsinasi kiln feed yang
dihitung perkilogram klinker dalam satuan Nm3 dituliskan sbb :
co2 = (co2rm / prodcl * 24) * 22.4 / 44 [Nm3/kg klinker] (11)
d. Rawmix
for clinker only ratio (RMCLF),
didefinisikan
sebagai perbandingan antara kiln feed
yang tersaring oleh siklon teratas dengan kiln
feed yang menjadi klinker yang telah bercampur dengan abu dari bahan bakar,
yang bersarnya adalah :
RMCLF = KFtersaring / (KFklinker + Ashcl)
(12)
e. Massa
bahan bakar,
Massa bahan bakar
coal dan oil yang diumpankan ke kiln dan Calciner
atau PC duct masing-masing
dirumuskan sebagai berikut :
Mbbkiln = Vck * 24 / prodcl
[kg/kg klinker] (13)
Mbbduct = Vcd * 24 / prodcl
[kg/kg klinker] (14)
Moilk = 0,9 * Vok * 1000 * 24 / (prodcl * 1000) [kg/kg klinker] (15)
Moild = 0,9 * Vod * 1000 * 24 / (prodcl * 1000) [kg/kg klinker] (16)
Vck,
Vcd, Vok, Vod berturut-turut adalah laju massa (bagi batu bara) atau laju
volume (bagi IDO) yang diumpankan ke kiln dan Calciner atau PC duct. Sedangkan
angka 0,9 merupakan harga pendekatan untuk ‘specific
gravity’ dari bahan bakar IDO
f. Abu
dari bahan bakar di kiln (Ashkiln)
dan Calciner atau PC duct (Ashduct) perkilogram klinker dapat
dihitung sebagai berikut:
Ashkiln = Ashcl * (Mbbkiln / (Mbbkiln + Mbbduct)) * 24 / prodcl
[kg/kg
klinker] (17)
Ashduct = Ashcl * (Mbbduct / (Mbbkiln +
Mbbduct)) * 24 / prodcl
[kg/kg
klinker] (18)
2.2.2.
Metode Penentuan Kebutuhan Udara
Udara
yang dibutuhkan untuk pembakaran diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu
udara pembakaran teoritik dan udara pembakaran aktual. Udara pembakaran
teoritik didefinisikan sebagai udara minimum yang dibutuhkan untuk pembakaran
bahan bakar. Untuk menghitung kebutuhan udara teoritik di kiln (Lmink) dan di Calciner atau PC duct (Lmind), harus dihitung terlebih dulu besarnya oksigen
minimum pembakaran. Oksigen minimum untuk membakar satu kilogram bahan bakar
yang terdiri dari coal dan IDO, Omincoal
dan Ominido dirumuskan :
Omincoal
= ((22.4 / 12) * C + (22.4 / 4) * H + (22.4 / 32) * S
- (22.4 / 32) * O) / 100 (19)
Ominido = ((22.4 / 12) * C1 + (22.4 / 4) * H1 + (22.4 / 32) * S1
- (22.4 / 32)
* O1) / 100 (20)
Oksigen minimum yang diperlukan di kiln dan Calciner atau PC duct
masing masing adalah :
Omink = Omincoal * Mbbkiln + Ominido * Moilk (21)
Omind = Omincoal * Mbbduct + Ominido * Moild (22)
Dengan demikian, udara minimum yang
diperlukan di kiln dan PC duct adalah :
Lmink = 4.762 * Omink
(Nm3/kg klinker) (23)
Lmind = 4.762 * Omind
(Nm3/kg klinker) (24)
Udara pembakaran aktual didefinisikan
sebagai jumlah udara hasil pengukuran pada masukan di main burner (Mudprikiln) dan di PC
duct burner (Mudpriduct).
2.2.3.
Metode
Penentuan Kelebihan Udara Pembakaran (Excess
Air)
Udara
yang diperlukan untuk pembakaran pasti mengandung udara berlebih (Excess Air). Excess air merupakan parameter yang sangat penting dalam penentuan
suplay bahan bakar dan kebutuhan udara pembakaran serta untuk perhitungan
energi gas hasil pembakaran bahan bakar baik di kiln maupun di preheater.
Kelebihan udara pembakaran di kiln
dituliskan dengan Excesskiln, kelebihan udara pembakaran di preheater dituliskan dengan Excessd, dan kelebihan udara pembakaran
total di kiln dan preheater dituliskan dengan Excesstot.
3.
Neraca Massa di Masing-Masing Peralatan Utama
Perhitungan
neraca massa di masing-masing peralatan utama baru dapat dilakukan jika aliran
massa pada sistem global sudah balans. Neraca massa di masing-masing peralatan
utama proses yang dimaksud adalah neraca massa baik gas maupun padatan di
setiap peralatan utama proses yang meliputi suspension
preheater, kiln dan cooler. Untuk
menghitung neraca massa tersebut dimulai dari cooler dilanjutkan dengan kiln,
dan suspension preheater. Perhitungan
dimulai dari cooler karena
parameter-parameter utama-utama yang sangat menentukan parameter-parameter
lainnya berada di sini, seperti laju produksi klinker, massa udara pendingin,
massa udara buang, dan massa udara sekunder.
3.1. Neraca Massa di Grate
Cooler
Dalam
membahas neraca massa di cooler ini,
diambil beberapa asumsi antara lain:
- Selalu terjadi kelebihan udara
pendingin klinker yang dibuang ke lingkungan. Besarnya kelebihan udara cooler
ini adalah sejumlah udara pendingin yang dipergunakan untuk mendinginkan
klinker ditambah dengan false air di cooler kemudian dikurangi dengan udara
sekunder untuk proses pembakaran bahan bakar di kiln dan di Calciner atau
PC duct
- Terdapat sebagian klinker yang kembali
ke kiln karena terbawa oleh udara
sekunder. Sedangkan debu klinker yang terbawa oleh udara pendingin lebih yang
dibuang ke atmosfer diasumsikan seluruhnya tersaring oleh electrostatic precipitator sebagai produk klinker (termasuk dalam
satu kg produk klinker).