Berikut ini akan kami jelaskan mengenai Pemanfaatan Biomass & Limbah B3 Sebagai Bahan Bakar Alternatif di Industri Semen.
A. LATAR BELAKANG / SEJARAH
Industri semen merupakan proses produksi high energy
karena membutuhkan banyak bahan bakar batubara pada saat proses pembakaran raw material di Kalsiner dan Kiln. Di pabrik semen modern, kebutuhan konsumsi energi rata – rata sekitar 3.000
– 3.300 MJ per ton klinker (Reff. CSI – GHD, 2009). Sekitar 30 – 40 % dari total
production cost hanya digunakan untuk membiayai kebutuhan bahan bakar ini.
Sejalan dengan peningkatan kapasitas produksi semen di Semen Gresik, maka
kebutuhan batubara sebagai bahan bakar utama juga akan meningkat. Disatu sisi
harga batubara tiap tahunnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Kenaikan harga batubara tiap tahunnya
dan bertambahnya pemakaian batubara akan menyebabkan kenaikan production cost dan menipisnya
cadangan
sumber energi non renewable.
Selain itu, dampak
negatif pemakaian batubara adalah menghasilkan emisi gas CO2
(karbondioksida), hasil reaksi dari C + O2 Ã CO2. Emisi gas
karbondioksida ini yang menyebabkan terjadinya pemanasan global.
Untuk mengatasi permasalahan
tersebut diatas (peningkatan production
cost, pemborosan energi dan kenaikan emisi gas CO2) maka perlu
dilakukan tindakan nyata yang efektif dan efisien. Salah satunya adalah dengan melakukan inovasi judul: Konservasi Energi dan Teknologi Penurunan
Emisi Gas CO2 Melalui Pemanfaatan Biomass & Limbah B3 Sebagai Bahan Bakar
Alternatif.
Biomass dan Limbah B3 digunakan untuk
mensubtitusi pemakaian batubara.
Inovasi
ini tidak menghasilkan produk baru tetapi mengembangkan teknologi proses yang ramah lingkungan sehingga akan
memberikan nilai tambah bagi Perseroan.
Biomass merupakan bahan organik yang berasal dari tumbuhan atau familiarnya yang
sering disebut juga limbah pertanian. Biomass yang
digunakan sebagai alternative fuel di
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk adalah sekam padi, serbuk gergaji, cocopeat dan Tobacco Reject. Pemilihan biomass ini didasarkan pada jumlah pasokan dilapangan yang sangat melimpah (sehingga tidak mengganggu kebutuhan biomass
masyarakat sekitar) dan nilai
kalorinya cukup tinggi yaitu
sekitar 2900 – 3900 kcal/ kg. Suplai biomass
berasal dari 3 Kabupaten terdekat dengan pabrik, yaitu Kabupaten Tuban,
Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Lamongan.
Tahapan invensi ini dimulai dari :
a.
Riset/ penelitian
- Analisa Laboratorium
Analisa biomass meliputi analisa kadar air, nilai kalori dan partikel size.
Analisa limbah B3 meliputi analisa kadar air, nilai kalori, partikel size, TOX content dan analisa
logam berat.
- Mapping Ketersediaan Pasokan
Mapping ketersediaan pasokan
berfungsi untuk mengetahui berapa besar pasokan biomass & limbah B3 yang ada di sumber penghasil karena berpengaruh pada stabilitas suplai.
Kegiatan riset/penelitian ini
membutuhkan waktu sekitar 2 - 3 bulan.
b.
Feasibility Study dan Pengajuan
Investasi.
Setelah dilakukan penelitian dan didapatkan kualitas bahan bakar alternatif yang memenuhi spesifikasi serta pertimbangan ketersediaan
bahan yang akan digunakan
tersebut, maka tahapan selanjutnya adalah pembuatan feasibility study (studi kelayakan) dan pengajuan investasi ke BOC/BOD. Waktu yang diperlukan kurang lebih 1 - 2
bulan.
c.
Implementasi Proyek Bahan Bakar Alternatif.
Tahapan ini diawali dengan kegiatan sebagai berikut :
-
Engineering (process,
mechanical, civil, electrical & instrument engineering).
Yaitu pembuatan basic design (mass
balance, heat balance, dll), lay out & arrangement, dan detail design.
-
Procurement.
Yaitu Pengadaan barang dan Jasa untuk proyek
tersebut.
-
Construction.
Yaitu pengerjaan sipil, yang meliputi pembuatan
pondasi dan struktur storage. Pengerjaan mekanikal
yang meliputi hopper, galeri, sistem transport belt
conveyor, belt scale, magnetic sparator dan rotary feeder. Pengerjaan
elektrikal dan instrumentasi, yang meliputi pemasangan motor, lampu penerangan,
dll.
-
Commisioning
Yang meliputi testing per peralatan yang
digunakan dan testing sistem.
-
Production Trial
Yang meliputi kegiatan trial untuk penentuan rate tonase bahan bakar alternatif dan pengecekan serta pengendalian proses pembakaran didalam sistem.
-
Evaluasi terhadap proyek yang dijalankan.
Kegiatan implementasi proyek bahan bakar alternatif membutuhkan waktu sekitar 8 bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar