Berikut saya sampaikan hasil penelitian Teknologi Upgrading Low Rank Coal (Batubara Rendah Kalori).
LATAR BELAKANG :
1.
Pemakaian batubara akan mengarah ke
batubara rendah kalori (Low Rank Coal).
2. Dengan perbaikan kualitas LRC akan dihasilkan
batubara dengan nilai kalor tinggi tetapi dengan kandungan sulfur & ash
rendah, sehingga dapat meningkatkan
efisiensi produksi.
3.
Penurunan volume pemakaian batubara
akan menurunkan emisi gas CO2.
TINJAUAN PUSTAKA :
Batubara merupakan bahan bakar fosil yang dapat terbakar, terbentuk
dari endapan organik dengan kandungan utama karbon, hidrogen dan oksigen.
Klasifikasi
batubara berdasarkan kandungan karbonnya yaitu anthracite, bituminous, sub-bituminous
dan lignite. Semakin tinggi peringkat
batubara semakin tinggi nilai fixed carbon
dan semakin rendah nilai volatile matter.
Batubara
sub bituminous C sampai dengan lignite tergolong sebagai LRC, dengan nilai kalor <5270 kkal/kg dan kandungan air >35%. Jenis LRC mempunyai kandungan
ash content & total sulfur yang rendah, sangat sesuai dengan kebutuhan
industri semen. Terutama dalam raw mix design umpan kiln, pembakaran umpan kiln
menjadi lebih mudah dengan kualitas produk yang baik.
Pemanasan
terhadap LRC tanpa oksigen atau minimum oksigen akan menyebabkan perubahan
sifat batubara tersebut.
1. Proses pemanasan batubara pada temperatur antara 100
- 250°C , akan menghilangkan atau
menguapkan air yang terkandung dalam batubara. Adapun mekanismenya mengikuti
reaksi berikut :
Batubara
+ panas –> batubara + air (H2O, uap air)
2. Proses pemanasan batubara pada temperatur 250 -
500°C
, setelah mengalami proses penghilangan air, batubara mengalami penguraian
menjadi char, tar dan volatile matter. Mekanisme reaksi dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Batubara + panas –>
char + tar + gas
3. Proses
pemanasan batubara pada temperatur > 800°C , akan
menghasilkan gas mampu bakar yang biasa disebut syntetic gas (syngas). Reaksi
yang terjadi pada tahap ini adalah :
Batubara + panas –>
H₂ + CO + H₂O + CO₂ + Tar
Untuk mempertahankan
reaktifitas batubara, penguraian Volatile Matter dapat dikendalikan dengan
mengatur waktu pemanasan.
METODE PENELITIAN :
Langkah kerja :
1. Menyiapkan
sampel batubara raw coal dengan ukuran ±
3 mm dan peralatan yang akan digunakan.
2. Menetapkan
variabel temperatur dan waktu.
3. Setting
panas furnace pada temperatur yang telah ditentukan.
4. Menimbang
dan memasukkan sampel ke dalam furnace selama waktu yang telah ditentukan.
Mengamati dan mencatat proses yang terjadi selama pemanasan.
5. Sampel
batubara dikeluarkan setelah waktu pemanasan tercapai dan setelah dingin dilakukan penimbangan .
6. Melakukan
pengujian proximate ( TM, AC, VM, FC, TS
dan GHV ) sampel batubara blanko dan upgrade.
HASIL PENGUJIAN :
PEMBAHASAN :
Pengamatan selama proses pemanasan
tidak langsung sample batubara di dalam furnace.
Pemanasan dengan excess oksigen, pada temperatur 500°C
batubara mulai terbakar (timbul nyala api).
Proses
pemanasan batubara dalam rangka LRC upgrading pada temperatur > 250°C harus
dalam kondisi tanpa oksigen/minimum oksigen.
TRIAL
1 & TRIAL 2
Trial 1
dilakukan pemanasan 250°C selama 30 menit.
Dari data pengujian menunjukkan :
Tidak ada penguraian Volatile
Matter ( Fuel Ratio = 0,92), justru ada kenaikan sebagaimana kandungan
parameter yang lain dikarenakan penurunan Total Moisture ( turun sebesar 12%).
Nilai kalor secara As Received
terjadi kenaikan 600 cal/g.
Trial 2 dilakukan pemanasan 350°C
selama 30 menit.
Dari data pengujian menunjukkan :
Terjadi penguraian Volatile Matter sehingga
perbandingan FC & VM sebagai Fuel Ratio mengalami peningkatan ( Fuel Ratio
= 0,98).
Nilai kalor secara As Received
terjadi kenaikan 891 cal/g, disebabkan karena penurunan TM sebesar 18,54%.
Dari Trial 1 dan Trial 2,
proses perbaikan kualitas batubara lebih dominan disebabkan oleh penurunan
Total Moisture.
Nilai Fuel Ratio masih
rendah < 1, yang berarti hampir tidak ada kehilangan/penguraian zat volatile matter selama proses pemanasan dan
tidak terjadi perubahan sifat batubara lebih lanjut.
Produk
dari proses ini tidak bisa disimpan lama di storage tanpa perlakuan khusus, tidak
terjadi penguraian VM sehingga reaktifitas batubara tersebut masih tinggi,
sangat berisiko terhadap spontaneous combustion.
TRIAL
3 DAN TRIAL 4
Trial
3 dilakukan pemanasan batubara dalam tiga tahap:
Tahap 1 dipanaskan pada temperatur
250°C selama 15 menit.
Tahap 2 dilanjutkan pemanasan pada
temperatur 500°C selama 10 menit.
Tahap 3 pemanasan pada temperatur 700°C
selama 10 menit.
Dari data pengujian menunjukkan :
Terjadi penguraian Volatile Matter
sehingga perbandingan FC & VM sebagai Fuel Ratio mengalami peningkatan (
Fuel Ratio = 1,31).
Nilai kalor secara As Received
terjadi kenaikan 1654 cal/g, disebabkan karena penurunan TM sebesar 25,04%.
Trial
4 dilakukan pemanasan batubara dalam tiga tahap:
Tahap 1 dipanaskan pada temperatur 350°C
selama 15 menit.
Tahap 2 dilanjutkan pemanasan pada
temperatur 600°C selama 10 menit.
Tahap 3 pemanasan pada temperatur 770°C
selama 5 menit.
Dari data pengujian menunjukkan :
Terjadi penguraian Volatile Matter
sehingga perbandingan FC & VM sebagai Fuel Ratio mengalami peningkatan (
Fuel Ratio = 1,31).
Nilai kalor secara As Received
terjadi kenaikan 1530 cal/g, disebabkan karena penurunan TM sebesar 26,22%.
Pada Trial 3 & Trial 4, selain
perubahan kualitas yang signifikan pada nilai kalor dan TM, kenaikan Fuel Ratio
menunjukkan naiknya kadar FC dan turunnya kandungan VM, Fuel Ratio > 1
sebagaimana batubara peringkat tinggi.
Menurunnya
kadar VM akan menurunkan reaktifitas batubara berkaitan dengan laju oksidasi
yang dapat menyebabkan spontaneous combustion.
Dalam teorinya, pemanasan
pada temperatur > 250°C dimana mulai terjadi penguapan VM juga terbentuk
tar. Pembentukan tar dapat berfungsi sebagai coating film yang mencegah
penyerapan kembali kandungan air dan mengurangi risiko spontaneous combustion.
Demikian hasil penelitian Teknologi Upgrading Low Rank Coal (Batubara Rendah Kalori).
Semoga Bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar